Kamis, 13 Januari 2011

ANTI LIBERAL

Mereka bilang…

Itu kolot…

Konservatif…

Entah, aku tak lagi peduli…

Terlalu tebal tembok toleransi…

Seolah Dia memberi jalan negoisasi…

Tak peduli, dulu dan kini berkontradiksi…

Entah, anggap saja aku menyerah…

Diriku sendiri tak kuanggap fitrah…

Dosa mengalir sepanjang pembuluh darah…

Pahala tak kunjung jua bertambah…

Kalian bilang itu hak setiap orang…

Benar, dan aku berhak mengingatkan…

Aku tak munafik, punya rasa sayang…

Namun tak habis ku mengingat Tuhan…

Kalian bilang jaman sudah berubah…

Setahuku, Rasul tak pernah bertambah…

Mungkin aku yang berpikir pendek…

Entahlah…

Kubilang aku tak lagi peduli…

Ah, entah…

Mungkin liberal membuat bebal…

Mungkin moderat membawa mudarat…

Aku tak ambil peduli…

Memang plural tidak membuat linear…

PUISI BAJINGAN

APA KABAR NEGARA


kami hanyalah orang - orang lapar

yang menjelma angka - angka statistika di laptopmu

kami bernapas dengan debu dan kenalpot kota ini sampai mati, kami tak peduli dengan gajimu

kami hanyalah diagram yang terus meningkat di tiap kalian rapat,

kami hanyalah kerumunan trotoar, kami tersamar sampah - sampah kali, kami terselubung zebracross yang kalian lindasi

kami hanyalah kulit - kulit melepuh di siang hari, dan genangan tuak di malam hari

tak ada yang peduli,

kami hanyalah mitosi bagi anak cucu kalian yang tidur di istana kasur

bagi kalian, kami hanyalah antrian panjang orang - orang terbuang

bagi kalian kami hanyalah pemandangan sekilas di perempatan kala lampu merah siang



tak ada yang peduli

di rumah tetangga kami masturbasi di depan tv

jemuran kami colongi

bocah - bocah kami sodomi



tak ada yang peduli

kami gelantungan di pintu - pintu bis kota

kami berjaya di atap - atap kereta

kami memperkosa siapa saja


tak ada yang peduli

kami tidak peduli betapa sejuknya kantor yang kalian duduki jadi jangan
pedulikan siapa yang kami buntingi hari ini

kalian tidak peduli betapa laparnya tidak makan 2 hari, jadi kami tidak peduli
betapa enaknya santap siang kalian hari ini

kami tidak menuntut dibuatkan istana jacuzzi, tapi biarkan perempatan yang
lampunya putus itu tetap gelap di malam hari

kami tidak mempedulikan berapa panjang gelar kalian, jadi biarkan jalan antar
provinsi ini tetap berlobang, pecah, hancur berhamburan

kami tidak mengganggu bocah - bocah yang kalian jemput sepulang sekolah,
jadi biarkan sudut pasar itu terlupakan dan tak terjaga sampai pedagang itu kami jarah

kami tidak merongrong hangatnya keluarga kalian, jadi jangan gusur lapak - lapak anak istri kami,
dengan perut laparnya mereka akan mati sendiri, atau mati di tangan kami



kami bernyanyi bahagia

tak ada yang mengajari kami tentang surga dan neraka

kami bisa minum dan mandi dari comberan manapun

kami minum anggur dan tuak merek apapun

kami bisa menyebrang dimanapun

kami bisa merampok siapapun, membunuh tanpa ampun

pun kami bisa mati dimanapun..

..
kapanpun..